Asiapramulia.com – Seolah tak bisa dipisahkan, Sambal menjadi pendamping hidangan yang wajib ada untuk melengkapi menu makanan. Banyak masyarakat Indonesia berkata, jika makan tanpa sambal akan terasa kurang nikmat. Sensasi pedas saat makan sambal seolah-olah meningkatkan semangat untuk makan. Tapi tahukan Sobat ASPRA bagaimana sejarah sambal di Indonesia? Kira-kira siapa sih yang memperkenalkan sambal pertama kali? penasaran? Yuk kita simak bersama.
Sebelum kita membahas sejarah sambal, kita bahas dulu pengertian sambal. Sambal adalah istilah besar yang dalam kuliner Indonesia merujuk pada saus maupun kondimen pedas. Umumnya sambal berbahan dasar utama cabai yang diulek bersama dengan bahan-bahan lain, seperti bawang, garam, gula, dll. Variasi sambal pun sangat beragam mulai dari tingkat rasa kurang pedas hingga tingkat sangat pedas, semua tergantung dari jenis dan jumlah cabai yang digunakan.
Menurut Dosen Departemen Sejarah dan Fiologi Fakultas Ilmu Budaya Padjadjaran Fadly Rahman, M.A., konsumsi sambal dapat menggugah selera makan dan diketahui sudah ada jauh sebelum cabai (Capsicum) dari Benua Amerika diperkenalkan oleh orang-orang Portugis ke Indonesia sekitar abad ke-16. Dikatakan juga budidaya cabai dari benua Amerika mengalami perkembangan yang pesat, karena masyarakat Nusantara menyukai rasa pedas yang memberikan sensasi nikmat.
Pada tahun 1621, petualang Prancis bernama Augustin de Beaulieu di jamu makan di Istana Aceh. Hanya satu sajian saja yang tidak ia sentuh yaitu sambal, karena takut menganggu pencernaan. Walaupun demikian, pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, kekhawatiran orang Eropa mulai pudar. Seorang penulis Belanda yaitu Augusta de Wit (1896) mencatat walaupun hanya berfungsi sebagai kondimen, sambal menjadi salah satu unsur hidangan pribumi yang seringkali membuat orang Eropa penasaran untuk mencicipinya.
Sambal favorit tokoh pribumi
Selain menjadi pelengkap makanan favorit di luar negeri, tentunya sambal sangat populer di Nusantara, hal ini terbukti dari banyaknya tokoh pribumi yang mengonsumsi sambal. Salah satunya ada tokoh pergerakan nasional Tjipto Mangoenkoesoemo yang mengatakan betapa nikmatnya makan dengan sambal terasi dan sambal goreng tempe. Tokoh yang menjadi penggemar sambal berikutnya juga ada Ki Hadjar Dewantara.
Presiden pertama Indonesia menjadi penggemar berat sambal
Soekarno sebagai preseiden pertama Indonesia menjadi sosok pecinta sambal, yang tidak pernah luput dari sambal. Bahkan kedua istri Soekarno selalu menyiapkan sambal sebagai pelengkap hidangan favorit sang suami, seperti sayur lodeh, sayur asem, dan tempe.
Sejarah yang cukup menarik bukan, ternyata popularitas sambal sudah ada sejak zaman dahulu. Kira-kira Sobat ASPRA tim makan harus ada sambal atau tanpa sambal nih? Perlu diingat konsumsi sambal boleh-boleh saja, apalagi bagi para pecinta sambal. Tapi ingat jangan berlebihan ya, karena sesuatu yang berlebihan bisa memberikan dampak yang tidak diinginkan loh Sobat ASPRA. Next kita bahas apa lagi ya??
Sumber : food.detik.com
terimakasih infonya menarik sekalii